Senin, 02 Agustus 2010

Gunung Bromo milik Indonesia

Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Sabtu, 31 Juli 2010

misteri danau 3 warna di P.Flores

Danau tiga warna di puncak kawah Gunung Kelimutu yang menjadi salah satu dari keajaiban dunia ini, benar-benar mempesona dengan keindahan dan misteri yang tersimpan di puncak gunung setinggi 1.690 meter di atas permukaan laut itu.
...ada yang tau apa yang menyebabkannya begitu dalam segi sains..? bukan mitos....
 Mungkin pada saat ini warna2nya sudah berubah akibat tangan2 jahil manusia.Itu foto diambil tahun 1929 kalo sekarang mah gak tau .

Candi Borobudur sebagai saksi keindahan 7 keajaiban dunia

Candi Borobudur terletak di tengah-tengah Pulau Jawa, 41 km sebelah baratlaut Yogyakarta, dan 7 km sebelah selatan Magelang. Dataran Kedu yang mengelilinginya sering disebut sebagai “Taman Jawa” (The Garden of Java), karena dataran ini memang sangat subur, dan penduduknya pun sangat tekun. Dataran ini dikelilingi oleh 4 buah gunung, yaitu Gunung Sumbing (3.371 m) dan Sindoro (3.135 m) di sebelah baratlaut, serta Merbabu (3.142 m) dan Merapi (2.911 m) di sebelah timurlaut.

Jumat, 30 Juli 2010

sebuah keunikan dan keistimewaan kesenian sebagai ciri khas daerah Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya [3] .
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Telaga Ngebel "Kekayaan Alam Kota Reog"

Udara sejuk dan angin sego-sepoi menyelimuti obyek wisata Telaga Ngebel. Panorama asri dan indah mempesona pengunjungnya. Para pencari ikan asyik menangkapi penghuni telaga. Lalu sajian ikan bakar dari telaga kian menambah betah siapapun yang hadir disana.
Telaga Ngebel cukup unik dan menarik dibandingkan dengan telaga-telaga lain yang ada di wilayah Jawa Timur. Telaga anggun yang cukup luas ini dikelilingi rimbunnya pepohonan lereng gunung. Kondisi alamnya sangat berprospek baik bila dikembangkan lebih lanjut bahkan dapat menjadi aset Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan perekonomian, khususnya bagi masyarakat sekitar obyek wisata itu sendiri.

Telaga Ngebel ibarat tambang emas yang menunggu sentuhan investor, sehingga dapat bersolek dan menjadi ikon kedua di Kabupaten Ponorogo setelah kesenian Reog. Obyek wisata ini layak untuk dikunjungi lantaran masih bersuasana alami dan indah. Kondisi seperti ini dipastikan mampu menghilangkan kepenatan atau kelelahan usai didera kesibukan sehari-hari.

Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah seekor ular naga bernama "Baru Klinting". Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.

Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.

Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Tentu bukan tanpa alasan jika pulau ini masuk dalam daftar 7 kandidat Keajaiban Dunia. Selain panoramanya yg indah, pulau inijuga sarat dengan berbagai macam satwa yang luar biasa. Dari burung kasuari, babi hutan, hingga komodo, ‘Sang Naga’ yang dari peradaban purba.
Melangkahkan kaki di pulau ini, kita diajak menikmati udara segar berbalut kesunyian. Tanaman yang menghampar, seperti bersorak-sorai menyapa dalam diam. Mungkin ini juga yang dirasakan Letnan Steyn Van Hens Broek di tahun 1910an, saat petama kali tiba di pulau yang terletak di sisi barat Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kala itu, ia datang untuk membuktikan kasak-kusuk pasukan Belanda yang mengatakan adanya hewan naga di pulau ini.
Memang untuk mencapai pulau ini, biaya yang dibutuhkan terbilangn cukup mahal. Namun, sensasi Pulau Komodo, terlebih hewan purba yang konon sudah bertahan selama ratusan tahun itu, terasa sulit untuk ditepis begitu saja.
Banyak alternatif untuk datang ke Pulau Komodo , pilihan yang banyak diminati adalah jalur melalui Kupang (NTT) ke Ende. Setelah itu naik bis kecil ke Labuhanbajo. Labuhanbajo, dikenal sebagai pintu gerbang untuk masuk ke Pulau Komodo. Sebenarnya ada alternatif jalan yang lebih mudah untuk mencapai pulau ini. Yaitu dengan Pesawat terbang dari Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali. Tapi biaya yang dibutuhkan mahal, sehingga para pelancong lebih memilih jalur yang pertama.
Disini kita bisa melihat spesies kadal raksasa yang katanya terbesar di dunia ini, dari jarak dekat, tak hanya melihat bentuknya yang khas, dengan panjang rata-rata 3 meter dan berat 150 kg lebih, tapi juga aktivitas komodo yang (Varamus komodoensis) yang berkesan misterius. Jika beruntun, kita bisa melihat bagaimana komodo berburu mangsa, seperti rusa atau babi hutan. Binatang ini memiliki gigitan maut yang konon racun di ludahnya mampu melumpuhkan calon mangsanya. Setelah digigit, mangsanya akan terluka beberapa hari dan mati. Komodo yang setia mengikuti kemudian mulai menyantapnya.
Namun di saat tertentu, kita hanya bisa melihat mereka berjemur di jalan dan savana. Sumber di Taman Nasional Komoda mengatakan, saat ini jumlah spesies komodo di pulau ini mencapai 4000 ekor. Katanya, ancaman terbesar bagi komodo adalah justru polah manusia. Gara2 suka berburu rusa, jatah makanan komodo jadi terusik.
Komodo dikenal sebagai hewan karnivora dan scavenger (hewan pemakan bangkai). Uniknya, binatang ini hanya bisa ditemui si Taman Nasional Komodo yanng meliputi kepulauan Flore (Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang, Owadi , dan Samiin). Komodo juga dikenak sebagai hewan yang memiliki penciuman tajam. Bila kita datang ke pulau ini pada bulan Juni-Juli, kita bisa melihat komodo kawin. Karena itu musim kawin komodo.
Selain komodo, pulau ini juga menyim[an banyak kekayaan alam flora. Seperti kayu sepang, pohon nitak, dan masih banyak lagi. Berbekal catatan ini, Departemen Kebudayaan dan Paiwisata RI siap berjuang agar Taman Nasional Pulau Komoda bisa masuk dalam 7 Keajaiban Dunia kategori taman nasional.
Mengutip New7Wonder.com, ratusan negara telah menominasikan daerah2 tujuan wisata andalannya agar bisa menduduki posisi 7 kategori keajaiban dunia. Dan hingga pertengahan February 2009 lalu, Taman Nasional Komodo berada di Peringkat 13 di kategori kelompok E atau forest / nasional park / nature reserves versi New7Wonder Foundation.
Uniknya, fenomena ini mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Di internet misalnya, beredar email dukungan pada Pulau Komodo agar terpilih sebagai salah satu 7 Keajaiban Dunia. Atau Mei 2009 mendatang, Dwiki Dharmawan dengan orkestra bersiap menggelar World Peace Orchestra sebagai dukungan Pulau Komodo.